Antara Kepentingan Anak dan Ambisi Orang Tua


Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dari menjaga, mengarahkan dan terkadang melarang sesuatu dengan tujuan demi kebaikan.

Harapan terbaik kita sebagai orang tua terhadap anak adalah hal yang wajar, tapi yang perlu diimbangi adalah ketika harapan orang tua dilandasi dengan emosi atau lebih tepatnya mendekati kata otoriter.
Perlu diingat kembali, buah hati merupakan anugrah dari Allah yang dititipkan pada kita.. maka hendaknya kita bukan hanya sekedar bersyukur tapi menjaga dan memahami agar tercipta kenyamanan pada si anak.
Karakter dan kemampuan anak berbeda-beda tidak bisa dipaksakan dengan keinginan kita.

Dalam proses pengembangan bakat pada anak, peran orangtua sangat dominan. Sebab, anak masih sangat bergantung pada orangtua. Apa yang disukai dan didorong orangtua, anak akan berusaha memenuhinya. Anak akan berusaha menggapai harapan-harapan yang digantungkan orangtua kepadanya.

Di sinilah fungsi orangtua menjadi penting untuk menjaga agar aktivitas-aktivitas pengembangan bakat anak itu berada dalam koridor yang sehat. Koridor yang sehat berarti aktivitas itu memang betul-betul untuk kepentingan anak, bukan sekedar wujud ambisi orangtua. Ukuran sederhananya adalah anak menikmati proses yang dijalaninya, bukan melakukan kegiatannya dengan terpaksa.

Dengan menjaga agar pengembangan bakat berada dalam koridor yang sehat, pertumbuhan potensi anak bisa terus berkembang dalam jangka panjang. Kalau tidak, setiap waktu anak dapat memberontak karena tak mau dipaksa lagi oleh orangtuanya. (http://rumahinspirasi.com/bakat-anak-menggali-potensi-yang-terpendam/)

Sama halnya, ketika orangtua menginginkan anaknya masuk kesekolah berbasis internasional tanpa menghiraukan biaya menjadi halangan.

Tanpa orangtua sadari, sikap ambisius orangtua seringkali membuat anak terkungkung dalam situasi yang menekan. Ambisi ini dapat berupa sikap menuntut anak untuk berprestasi pada suatu bidang. Tak jarang, bila anak gagal mencapai target, anak akan dianggap bodoh dan gagal. Kompensasinya, orangtua akan memarahi, “menghina”, atau menyindir. Selain itu anak akan diikutkan bimbingan belajar dan tambahan pelajaran agar tidak tertinggal.

Jam belajar yang sudah lama semakin bertambah panjang, 8 jam di sekolah masih harus ditambah beberapa jam lagi di luar sekolah. Situasi seperti ini, bisa jadi menekan bagi anak karena ia tidak punya kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi. Anak tumbuh dalam ketakutan untuk gagal dan melakukan kesalahan.
Perasaan tersebut menjadi sebuah tekanan batin bagi anak. Bila anak terus merasa tertekan, berbagai kegiatan positif yang diikutkan orangtua akan menjadi momok. Bisa saja, anak akan membolos dan menggunakan berbagai alasan untuk menghindari kegiatan tersebut.

Jika sudah begini, impian untuk mendapat prestasi akademis yang baik tinggal menjadi kenangan. Motivasi berprestasi anak akan turun dan digantikan perasaan cemas serta takut gagal. Kondisi ini, membuat anak enggan mencoba meraih nilai cemerlang. Bukan tak mungkin, anak akan gagal meraih prestasi dan tak naik kelas.

Tentu ini bukan akhir yang kita harapkan. Kita semua berharap bahwa anak akan memiliki prestasi cemerlang dan dapat menjadi kebanggaan orangtua. Bila perlu, anak dapat membawa nama bangsa ke ranah internasional. Untuk itu, orangtua perlu mendukung anak. Perhatian, keadaan lingkungan, menjaga kesehatan, serta asupan gizi menjadi salah satu penting untuk meraih kesuksesan.

Namun, yang perlu ditekankan adalah, orangtua perlu ingat, bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk kemajuan anak. Bukan untuk ambisi atau obsesi pribadi. Jangan sampai anak merasa tertekan dan tidak nyaman dalam menjalani hidup. Biarkan mereka memilih apa yang terbaik bagi mereka.

Bila anak adalah anak panah, maka orangtua adalah busurnya. Tugas orangtua adalah memberikan dorongan serta mengarahkan, bukan memaksa!
(www.ibudanbalita.com/forum/diskusi/Prestasi-Anak-atau-Ambisi-Orangtua)



Cek koleksi baju muslim keluarga disini yuuk bunda, biar lebih up to date :-)
Bisa droupship juga bun :-)


Comments

Popular posts from this blog

Pilihlah Allah Sebagai Tempat Mengadu Dari Suatu Pilihan Kita

Menata Hati

Tips singkat berlapang hati dari ocehan negatif orang lain